Pangkalan Balai – Kunjungan Anggota DPR RI Komisi XIII Dapil Sumatera Selatan Hj Kartika Sandra Desi ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuasin membawa nilai positif atas keberhasilan menjalankan pembinaan berbasis kemanusiaan dan kemandirian bagi warga binaan.
Kunjungan dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dan kegiatan reses perorangan itu dihadiri oleh Ketua DPRD Banyuasin Abdul Rais, Anggota DPRD Sumsel Ahmad Khadafi serta Anggota DPRD Banyuasin, Senin (27/10/25).
Kartika Sandra Desi menilai pendekatan pembinaan yang diterapkan Lapas Banyuasin mencerminkan semangat pemasyarakatan yang sesungguhnya yakni membina bukan menghukum.
Ia juga mengapresiasi keberhasilan Lapas Banyuasin meraih predikat UPT terbaik Kedua secara nasional serta upayanya menuju wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). “Transformasi pembinaan seperti ini harus menjadi contoh bagi Lapas lainnya. Nilai-nilai Panncasila dan kebangsaan yang diajarkan disini merupakan bagian dari proses memanusiakan kembali bagi warga binaan,” ungkap Kartika.
Dalam kesempatan tersebut, Kartika turut menyaksikan penampilan “Semapur Dance” dari Pramuka Warga Binaan serta menyerahkan bantuan peralatan mandi sebagai bentuk kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan WBP. Dan Ia berinteraksi langsung dengan warga binaan untuk mendengar aspirasi mereka mengenai fasilitas air bersih, kebutuhan literasi dan sarana kesenian.
Legislator asal Sumsel ini juga meninjau area Bimbingan Kerja dan melihat langsung proses pembuatan batik, kerajinan tangan serta tas jumputan hasil karya warga binaan. Beberapa produk bahkan dibelinya secara langsung sebagai bentuk dukungan terhadap program kemandirian.
Menurutnya, pembinaan berbasis keterampilan dan nilai kebangsaan adalah langkah penting agar warga binaan memiliki peluang reintegrasi sosial yang lebih baik setelah bebas nanti.
Kepala Lapas Kelas IIA Banyuasin Tetra Destorie menyampaikan capaian pembinaan dan program ketahanan pangan warga binaan yang kini menjadi unggulan lembaga. “Kami terus berupaya agar pembinaan di Lapas tidak hanya menekankan aspek hukuman, tetapi juga membentuk kemandirian, keterampilan dan tanggungjawab sosial,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberhasilan ini tidak terlepas dari sinergi antara pemerintah, masyarakat dan seluruh pegawai Lapas. “Kami ingin menjadikan Lapas Banyuasin sebagai ruang pembelajaran dan pemberdayaan bukan sekedar tempat menjalani hukuman,” harap Tetra.






