Pimpinan Tahunya Aman. Instansi dan Guru Ketar Ketir Takut Viral dan Ada Demo
EDITORIAL – Profesionalisme guru jaman sekarang mungkin sudah bukanlah proritas, kini guru cenderung lebih baik mencari aman dari pada harus berurusan dengan aparat, media dan media sosial.
Sekarang mereka telah takut dengan namanya Viral dimedsos. Nama baik sekolah dan jabatan kepala sekolah serta kepala instansi pun menjadi rentan, apalagi sang pimpinan inginkan tahunya aman.
Penyebabnya macam peristiwa telah terjadi, bahkan ada yang sampai berurusan dengan pihak berwajib, dan mirisnya oknum guru dan kepala sekolah mesti minta maaf dan berdamai, bahkan ada yang sampai kemeja hijau dan sampai di opname di Rumah Sakit.
Kondisinya tidak sampai disitu. Komite sekolah ikut direndahkan dengan tuduhan pungli. Padahal ada penambahan ruang kelas, renovasi lapangan dan pagar sekolah juga gaji satpam, honor pelatih ekstrakulikuler sampai perlombaan tingkat nasional dananya ditunjang oleh Komite.
Dan parahnya lagi ada berita dan telah viral, ada oknum guru honorer saat diminta cari sekolah lain berani bersikap nyeleneh, malahan berani mengungkap foto dan kisah dirinya terzalimi di media. Padahal lowongan kerja untuk mata pelajarannya sudah terisi oleh guru ASN dan ASN PPPK yang baru lulus atau tidak lulus dalam penilaian oleh pihak sekolah.
Ironisnya, kebebasan siswa sekarang sudah diluar kewajaran. Miris, kini guru tidak lagi berani memarahi atau bertindak bila melihat muridnya merokok usai sekolah. Alasannya takutnya orang tua siswa bersikap over protektif dan sensitif terhadap sekolah dan guru.
Mungkin dibenak dan pikiran orang tua siswa telah tertanam, bahwa sekolah sudah gratis dan protes bila kondisi fisik sekolah ada kekurangan. Wajarkah mereka tidak tahu kalau anggaran negara ada aturannya ?!.
Orang tua siswapun ada yang bertingkah. Bila kedapatan anak mereka dihukum fisik, mereka tak segan melapor ke aparat berwajib dan minta bantuan oknum wartawan sehingga menjadi viral.
Melihat kebelakang. Pada era sebelum lahirnya Ponsel Android atau era sebelum Tahun 2000. Guru adalah sosok yang disegani bahkan cenderung ditakuti oleh siswa.
Pada masa itu, guru pun berani memberikan hukuman kepada siswanya, yaitu dengan cara hukuman dijewer telinga, dicubit, jari dipukul bila kukunya panjang, di jemur menghadap tiang bendera, dipukul pakai penggaris, dilempar dengan penghapus dari kayu dan lainnya.
Justru itulah yang menjadikan murid lebih baik dan menjadi kenangan mereka saat reuni, karena mereka tahu telah berbuat salah.
Jelas, belum ada dan terdengar berita bahwa siswa yang menjadi cacat bahkan meninggal dunia karena di hukum guru. Malahan sang siswa takut melaporkan kepada orang tua.
Mereka tahu. Orang tuanya lebih cenderung membela guru dan sekolah. Karena mereka percaya apapun cara didikan disekolah akan menjadikan anak mereka lebih patuh dan modal semangat dalam mencari kerja.
Mungkin. Situasi seperti ini akan kembali lagi jika para pemimpin dan aparat serta orang tua siswa lebih tegas dan bijak dalam mengambil keputusan dan objektif dalam menanggapi setiap laporan pengaduan.
Pers pun tentunya akan turut andil dalam memberikan informasi, sehingga berita yang terbit merupakan sebuah kritikan yang membangun dan tidak menyudutkan serta tidak berdasarkan kepentingan.