Dari Akar Mangrove, Tumbuhkan Energi Kehidupan

Matahari siang menimpa pesisir Sungsang IV dengan panas yang menyengat. Namun dibawah sinar matahari yang menyilaukan itu, deretan pohon kecil berdaun hijau tetap tegak menembus lumpur yang lembab.

Setiap langkah meninggalkan jejak, diiringi lari-lari kecil ratusan bayi kepiting yang keluar dari lubang-lubang kecil ditanah. kehidupan mulai kembali tumbuh perlahan bersama ribuan bibit mangrove hasil tangan manusia dan niat baik sebuah perusahaan energi.

Anakan Kepiting muncul disela lumpur Mangrove, tanda ekosistem muara mulai pulih. (Foto: Desi)

Sungsang IV, sebuah desa di ujung utara Banyuasin, Sumatera Selatan, kini menjadi saksi perubahan besar yang berawal dari niat sederhana dengan menjaga pesisir dari abrasi.

Sejak 2023, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Sungsang IV bersama masyarakat setempat mulai menanam mangrove disepanjang tepi sungai.

Langkah itu kemudian mendapat dukungan dari SKK Migas dan Medco E&P Indonesia, yang sejak tahun 2024 secara konsisten menanam ribuan bibit mengrove sebagai bagian dari program konservasi lingkungan dan pengembangan masyarakat.

Kepala LPHD Sungsang IV Abdullah Mustar. (Foto: Desi)

“Awalnya kami hanya ingin melindungi wilayah kami dari abrasi dan banjir pasang. Tapi sejak ada dukungan Medco dan SKK Migas, penanaman ini jadi lebih luas dan berkelanjutan,” ujar Kepala LPHD Sungsang IV, Abdullah Mustar, Kamis (6/11/2025).

Dari Akar Hijau ke Kehidupan Laut

Hasil itu bukan sekadar hamparan hijau di pesisir, tapi juga kehidupan yang kembali.

“Dulu disini cuma lumpur dan air pasang,” kata Bahar (45), nelayan yang sehari-hari mencari rajungan di muara.

“Sekarang anak kepiting banyak sekali, Induknya juga sering kelihatan. Kalau nanti pohon-pohon itu besar, udang dan ikan pasti ikut datang. Ini seperti alam memperbaiki dirinya sendiri,” tuturnya.

Ia memandang ke arah hutan mangrove muda yang bergerak lembut tertiup angin. “Mangrove ini tabungan masa depan kami. Kalau akar-akar ini tumbuh kuat, laut juga akan tetap memberi makan anak-anak kami,” ujarnya pelan.

Bagi masyarakat pesisir, mangrove bukan sekadar pohon pelindung. Ia adalah bagian dari hidup, menjaga tepian muara agar tak tergerus arus, menjadi rumah bagi biota laut sekaligus menyerap karbon yang menyejukkan bumi.

Produk UMKM masyarakat lokal. (Foto: Desi)

Dampak Ekonomi Mulai Tumbuh

Tak hanya lingkungan yang berubah, ekonomi pun mulai bergerak. Sejak kawasan ini dikembangkan menjadi Ekowisata Mangrove Sungsang IV dan resmi diluncurkan pada 25 Oktober 2025, masyarakat mulai merasakan efek gandanya.

Kepala LPHD mencatat, Jumlah pengunjung yang datang sudah mencapai 5.000 orang. Wisatawan dari Palembang dan sekitarnya datang untuk melihat hamparan mangrove dan menikmati udara laut. Perjalanan menuju lokasi itu melewati Sungsang I, II dan III, desa yang kini ikut merasakan manfaat ekonomi.

“Sekarang banyak pengunjung mampir beli oleh-oleh, seperti pempek, kelempang udang hingga produk olahan laut lain makin laris. Dulu hasil olahan itu hanya untuk konsumsi harian warga lokal,  sekarang sudah jadi produk jualan,” tandasnya.

Salah satu pelaku usaha kecil yang merasakan dampaknya adalah Rina (38), penjual kelempang di Sungsang III. “Dulu pembeli hanya orang sini. Sekarang banyak dari orang luar. Kalau dulu paling laku 2 kilo, sekarang bisa jauh lebih dari itu. Kadang ada juga yang pesan lewat online,” katanya.

Tak hanya itu, sebagian warga kini juga membudidayakan bibit mangrove untuk dijual kepada pengunjung atau lembaga lain yang ingin menanam. “Dari sini juga muncul lapangan kerja baru,” tambah Abdullah.

Pondok kebun binaan SKK Migas dan MedcoEnergi Oil dan Gas menjadi ruang bagi warga untuk beristirahat, bertukar pengetahuan dan menjaga lingkungan sekitar. (Foto: Desi)

Komitmen Energi yang Menjaga Alam

Di balik keberhasilan ini, ada filosofi besar yang dipegang Medco E&P Indonesia yaitu “bahwa energi dan lingkungan bukan dua hal yang bertentangan”.

“kegiatan ini bukan hanya tentang menanam pohon tapi tentang menumbuhkan kesadaran,” kata Hirmawan Eko Prabowo, Manager Field Relation & Community Enhancement Medco E&P Indonesia.

“Sejak 2024, kami sudah menanam sekitar 33.000 pohon mangrove di pesisir Banyuasin. Kami ingin kegiatan hulu migas tidak hanya memenuhi kebutuhan energi nasional tetapi juga memberi manfaat ekologis dan sosial bagi masyarakat,” jelasnya.

Lokasi Penghijauan Hulu Migas (Penanaman Mangrove) Program Pengembangan Masyarakat (PPM) Bidang Lingkungan SKK Migas – KKKS Medco E&P Indonesia di Desa Sungsang IV, Banyuasin, Sumatera Selatan. (Foto: Desi)

Harapan yang Tumbuh Bersama Akar

Kini, saat senja turun di Sungsang IV, warna langit oranye memantul di permukaan air payau. Di antara batang-batang muda mangrove, kehidupan bergerak dalam diam.

Semua itu adalah wajah baru pesisir Desa Sungsang IV kabupaten Banyuasin, hasil kolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan perusahaan energi yang tak hanya bekerja untuk minyak dan gas, tetapi juga untuk masa depan bumi.

Program konservasi yang dijalankan Medco E&P Indonesia menunjukkan bahwa hulu migas bukan hanya tentang eksplorasi sumber daya alam, tetapi juga tentang eksplorasi kemanusiaan. Menggali potensi hidup, menjaga keseimbangan dan menumbuhkan harapan dari lumpur yang dulu nyaris hilang.

Dari akar-akar kecil itu, tumbuh keyakinan baru bahwa kemajuan bisa berjalan berdampingan dengan kelestarian. Dan di antara desir angin laut Sungsang, bisikan alam seolah berkata “Inilah energi yang sesungguhnya, energi yang menjaga kehidupan”.